Nyala Cakrawala
Api ini muncul,
Menerangi kelam detak jantung,
Senyummu adalah sumbunya,
Api ini ada karena detakku selaras detakmu,
Pelan kau singgahkan dagu,
Disisi bahu, lengan, dan paha,
Tentram pula alunan detakmu,
dan senyummu kembali membakar sumbu,
Kujelaskan,
Api ini bukan bewarna kuning,
Tak juga putih,
Iya berkelap-kelip, pada uraian rambutmu,
Melompat pada tangan kecilmu,
Menerangi kelam detak jantung,
Senyummu adalah sumbunya,
Api ini ada karena detakku selaras detakmu,
Pelan kau singgahkan dagu,
Disisi bahu, lengan, dan paha,
Tentram pula alunan detakmu,
dan senyummu kembali membakar sumbu,
Kujelaskan,
Api ini bukan bewarna kuning,
Tak juga putih,
Iya berkelap-kelip, pada uraian rambutmu,
Melompat pada tangan kecilmu,
Bermainlah bersama
api kita,
Bercandalah,
Api ini akan senantiasa menggoda mancungnya hidungmu,
Bergeliat disekeliling kita,
Ku pendarkan dengan derap hati yang teratur,
Mengiringi langkah tak mengingat umur,
Bias,
Biarkanlah,
itu adalah cahaya lain yang menyilapkan,
hanya untuk sementara,
Sedangkan aku adalah nyalanya,
Nyala cakrawala hari-harimu,
Bercandalah,
Api ini akan senantiasa menggoda mancungnya hidungmu,
Bergeliat disekeliling kita,
Ku pendarkan dengan derap hati yang teratur,
Mengiringi langkah tak mengingat umur,
Bias,
Biarkanlah,
itu adalah cahaya lain yang menyilapkan,
hanya untuk sementara,
Sedangkan aku adalah nyalanya,
Nyala cakrawala hari-harimu,
9 December, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar